6 Tantangan yang Harus Dihadapi Pemerintahan Prabowo Ketimbang Program Makan Bergizi Gratis
tonosgratis.mobi, Jakarta – Center for Economic Reform (CORE) mengingatkan kita bahwa tantangan yang dihadapi pemerintahan baru jauh lebih besar dibandingkan kesibukan mengelola program andalan Presiden terpilih Prabowo Subianto, Program Makan Gratis.
Hal tersebut diungkapkan Direktur Eksekutif Center for Economic Reform (CORE) Mohammad Faisal pada Selasa (23/7/2024) dalam CORE Midyear Economic Review 2024, “Mengurangi Risiko Ekonomi Menjelang Pemerintahan Baru”. “Namun, kami ingin sampaikan dari awal bahwa tantangan yang dihadapi pemerintahan baru sebenarnya banyak. Seperti yang kita lihat sekarang, kita sedang sibuk mempersiapkan program gizi gratis,” kata Faisal.
Ia memperkirakan pemerintahan baru yang dipimpin oleh Presiden terpilih Prabowo Subianto harus mengevaluasi tantangan perekonomian dan risiko perekonomian saat ini. Setidaknya terdapat 6 risiko dalam tantangan perekonomian global yang mengancam perdagangan luar negeri dan konsumsi dalam negeri Indonesia. Pertama, di Tiongkok, permintaan dan kelebihan pasokan melambat.
Kedua, menurunnya kinerja perekonomian Amerika Serikat. Tantangan ketiga adalah penguatan harga bahan bakar dan ancaman inflasi. Keempat, pertumbuhan ekspor sangat lambat. Kelima, meningkatkan impor dan memperdalam defisit dengan Tiongkok. Keenam, lemahnya konsumsi domestik.
Namun, di balik pertumbuhan ekonomi global terdapat risiko yang lebih besar. Perbedaan perkembangan ekonomi dapat dilihat antar wilayah. “Dan kalau kita lihat perbedaannya, apalagi negara mitra dagang terbesar kita, Indonesia, sedang mengalami pelemahan. Mulai dari AS, China, Jepang, India, kita lihat semua kecuali ASEAN sedang mengalami pelemahan,” tutupnya.
Sebelumnya, pada Rapat Paripurna DPR RI ke-17, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkap tantangan global perekonomian Indonesia dalam 10-15 tahun terakhir.
Sebagai negara ekonomi terbuka, kata Mulyani, Indonesia tidak bisa lepas dari dinamika global yang harus diawasi dan dikelola.
“Beberapa guncangan besar global yang mempengaruhi kerangka makroekonomi dan prinsip kebijakan fiskal (KEM PPF) dalam 10 atau 15 tahun terakhir; seperti krisis keuangan global yang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa pada tahun 2008-2009 hampir melumpuhkan perekonomian global. dan 0,14% perekonomian global menimbulkan keragu-raguan,” jelas Muliani dalam pidatonya di DPR, Senin (20/05/2024).
Kontraksi ini merupakan yang pertama sejak Depresi Besar tahun 1932. Pada bulan Oktober 2008, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Indonesia (SBN) tenor 10 tahun juga meningkat tajam – menjadi 21%. Sedangkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 50 persen. Kepercayaan pasar menurun.
Indonesia melakukan penyesuaian kebijakan makroekonomi dan keuangan untuk mengurangi dampak guncangan global terhadap perekonomian, dan perekonomian Indonesia mampu tumbuh sebesar 4,6% pada tahun 2009.
Untuk menghindari melumpuhkan pasar keuangan global, pemerintah dan pejabat bank sentral di Amerika Serikat dan Eropa menggelontorkan likuiditas dan stimulus fiskal AS serta memangkas suku bunga mendekati 0% untuk melindungi dan menstabilkan perekonomian dan perekonomian mereka. Mengurangi dampak negatif krisis keuangan global.
“Krisis keuangan global merupakan contoh ujian berat terhadap kemampuan KEM PPKF dalam mengatasinya. Suku bunga global yang sangat rendah dan likuiditas hardcurrency yang melimpah telah menyebabkan pemulihan permintaan seiring dengan pemulihan ekonomi global dan kenaikan harga komoditas,” tuturnya. . dia menjelaskan. Sri Mulyani.
Namun hal ini juga akan berdampak positif bagi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, kata Mulyani.
Ia menjelaskan, efek positif ini “menaikkan rata-rata pertumbuhan ekonomi negara berkembang menjadi 5,9% pada tahun 2010-2013. Pada kurun waktu tersebut, perekonomian Indonesia juga berhasil tumbuh sekitar 6% berkat kuatnya permintaan domestik dan ekspor”. .
Namun peningkatan tersebut tidak berlangsung lama, karena bank sentral Amerika dan Eropa mulai kembali mengetatkan kebijakan moneter dan berencana menaikkan suku bunga seiring dengan pemulihan ekonomi, masuknya modal dari negara-negara emerging dan berkembang, serta nilai tukar. mengalami depresiasi yang tajam sehingga mempengaruhi stabilitas perekonomian dan mengancam perekonomian banyak negara.
“Indonesia tergolong rapuh dengan defisit transaksi berjalan di atas 3% pada tahun 20213 dan termasuk dalam kelompok 5 rapuh bersama Turki, Brazil, Afrika Selatan, dan India,” kata Mulyani.
Menteri Keuangan (MENK) Bapak Mulyani Indrawati sebelumnya mengungkapkan bahwa pemerintah telah menetapkan target penurunan kemiskinan antara 7-8% pada tahun 2025 sebagai target pembangunan.
“Efektifitas kebijakan fiskal dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang pesat untuk meningkatkan kesejahteraan pada tahun 2025 terlihat dari berbagai sasaran yang ditetapkan, yaitu menurunkan tingkat pengangguran antara 4,5% hingga 5%, sedangkan tingkat kemiskinan diperkirakan antara 7 % dan 8%.” jelas Shri Muliani pada Senin (20/05/2024) pada Sidang Paripurna DPR RI ke-17.
“Rasio Gini (indeks) membaik pada kisaran 0,379-0382. Indeks human capital ditargetkan 0,56, nilai tukar petani dan nelayan pada kisaran 113 hingga 115 dan 104 hingga 105,” ujarnya.
Pada tahun 2025, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan mencapai 5,1% hingga 5,5%. Hal ini didukung oleh inflasi yang terkendali, kelanjutan dan perluasan hilirisasi dan pengembangan industri kendaraan listrik, serta agenda perubahan iklim melalui digitalisasi dan perekonomian serta energi hijau.
“Laju pertumbuhan memberikan dasar yang kuat untuk pertumbuhan yang lebih tinggi di tahun mendatang,” katanya.
Dengan mempertimbangkan risiko dan ketidakpastian pasar keuangan global, imbal hasil SBN tenor 10 tahun diperkirakan berkisar antara 6,9% hingga 7,3% pada nilai tukar rupee antara Rp15.300 hingga Rp. 16.000 hingga USD dan inflasi diperkirakan 1,5% hingga 3,5%.
“Mengingat ketegangan geopolitik dan ketegangan global yang sedang berlangsung, harga minyak Indonesia diperkirakan berkisar antara $75 hingga $85 per barel. Produksi minyak sebesar 580.000 hingga 600.000 dan kuotasi gas alam sebesar 1.003 hingga 1.047 juta per hari.” .