slot jepang

43 Negara Bertemu di Kalimantan Timur untuk Cegah Laju Perubahan Iklim Ekstrem

tonosgratis.mobi, Balikpapan – Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) menjadi tuan rumah Forum Pertukaran Pengetahuan Selatan-Selatan (SSKE) pada 23-29. Mei 2024. Forum yang dipusatkan di kota Balikpapan ini diikuti oleh 43 negara peserta.

Dalam pertemuan tersebut, Pj Gubernur Kalimantan Timur Akmal Malik memaparkan strategi provinsi atau sub-nasional kepada Satuan Tugas Gubernur untuk Hutan Iklim/Satuan Tugas GCF.

“Pemerintah Indonesia (pusat dan daerah/daerah) sangat memperhatikan berbagai peraturan dan program untuk mengurangi laju deforestasi dan mendorong konservasi,” kata Akmal, Minggu (06/02/2024).

Ia meyakini komitmen tersebut tidak akan bisa mencapai hasil maksimal tanpa adanya kemitraan yang kuat dan kolaboratif dari seluruh elemen pemerintah dan masyarakat. Upaya pencegahan degradasi dan deforestasi hutan juga memerlukan dukungan besar dari sektor swasta.

Akmal juga menyatakan Kaltim merupakan provinsi dengan tingkat kepedulian dan kerja sama yang istimewa dalam pelestarian hutan dan lingkungan hidup. Kalimantan Timur juga sangat mementingkan pencegahan perubahan iklim ekstrem.

“Kalimantan Timur merupakan satu-satunya provinsi yang telah mengadopsi Pergub tentang Pengelolaan Nilai Ekonomi Karbon,” ujarnya.

Kami berharap komitmen dan kebijakan Kalimantan Timur dapat menjadi pionir bagi provinsi atau kabupaten lain di dunia. Pastikan juga peraturan pemerintah dapat memberikan inspirasi kepada semua pihak bahwa menjaga hutan dan menurunkan emisi bukan sekedar pekerjaan pemerintah.

“Tujuan positif ini menjadi tanggung jawab pihak swasta serta pemangku kepentingan terkait dan masyarakat,” kata Akmal.

Akmal juga berharap Bank Dunia menjadikan kebijakan Kaltim sebagai langkah positif menyelamatkan bumi dari negara-negara pemilik hutan hujan dunia.

“Selama ini banyak negara yang hanya menghasilkan emisi, kemudian harus membayar negara penghasil karbon karena ingin menjaga hutannya,” tambah Akmal.

 

Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri (Dirjen Otda) menyoroti peran besar Indonesia (Kaltim) dalam berbagai upaya menahan laju perubahan iklim yang diikuti dengan pemberian kompensasi dari negara donor melalui Bank Dunia. .

Terbukti, Indonesia mendapat bantuan sebesar 110 juta dolar atau sekitar 300 miliar rupiah dari negara donor, kata Akmal.

Menurut Akmal, setiap negara mempunyai tips dan cara tersendiri dalam menjaga kelestarian hutan. Saat ini Bank Dunia baru memberikan bantuan kepada tiga negara, yaitu Indonesia, Brazil, dan Kongo. Ia berharap dapat membantu banyak negara di masa depan.

“Pertukaran ilmu pengetahuan tidak boleh hanya dengan tiga atau empat negara, karena tidak semua kondisi regional sama,” imbuhnya.

Bank Dunia saat ini hanya memberikan bantuan kepada tiga negara. Indonesia antara lain diwakili oleh Provinsi Kalimantan Timur dan Jambi. Pada saat yang sama, Brazil diwakili oleh negara bagian Amazon, dan Negara Demokratik Kongo diwakili oleh provinsi Mato Grosso.

“Kami berharap Bank Dunia dapat membuka lebih banyak pertukaran pengetahuan antar negara peserta selain ketiga negara OSCE,” kata Akmal.

 

Franka Braun, pakar lingkungan hidup utama Bank Dunia, menjelaskan bahwa SSKE mempertemukan tiga negara dengan hutan hujan tropis terbesar dan juga merupakan platform bagi pembuat kebijakan, pakar, dan masyarakat.

“Bank Dunia juga mempertemukan komunitas global. Dalam platform ini, kami berupaya mengatasi tantangan yang dihadapi negara-negara hutan hujan tropis,” jelasnya.

Franka mengucapkan terima kasih kepada pemerintah Indonesia, khususnya pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, atas segala upayanya dalam menyelamatkan negara dan dunia.

“Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur telah mengambil langkah besar dalam penanganan deforestasi dan penurunan emisi karbon dioksida. Kepentingan bersama adalah menjaga kemajuan dan langkah baik tersebut,” ujarnya mewakili Bank Dunia.

Bersama lima pemerintah daerah lainnya, Kalimantan Timur berada di garda depan dalam menjaga hutan dan menjamin kesejahteraan masyarakat yang mata pencahariannya bergantung pada hutan.

“Forum ini merupakan forum kemitraan untuk mendapatkan perhatian global, dan pihak swasta harus ikut serta mendukung ekosistem ini. Juga untuk mengangkat citra mengatasi permasalahan, memobilisasi pembiayaan, teknologi dan mencari solusi bersama,” kata Franca.