slot jepang

DJP Klaim Tak Ada Kebocoran 6 Juta Data Wajib Pajak

tonosgratis.mobi, Jakarta – Direktur Jenderal Pajak (DJP) buka suara terkait pemberitaan terkini terkait pemberian informasi kepada 6 juta wajib pajak tentang Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

Direktur Pembinaan, Pelayanan dan Hubungan Dwi Astuti mengatakan, berdasarkan penelitian yang dilakukan, data yang dimasukkan pada tahun sebelumnya dapat dikatakan tidak ada indikasi file tersebut langsung dari sistem file DJP.

Dowie dalam keterangannya hari ini, Jumat (20/9/2024), mengatakan “pelanggaran data tersebut bukanlah dokumen baku terkait penggunaan hak perpajakan wajib pajak dan pemenuhan kewajiban perpajakannya.”

Berdasarkan dugaan kebocoran informasi tersebut, Direktur Keamanan berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika, BSSN dan Kepolisian Republik Indonesia untuk mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku.

DJP berkomitmen menjaga kerahasiaan dan keamanan informasi Wajib Pajak pada sistem informasi dan infrastruktur DJP, serta akan terus meningkatkan keamanan dan perlindungan informasi perpajakan dengan melakukan evaluasi dan perbaikan pengelolaan informasi dan informasi dengan memperbarui teknologi keamanan. . Dan kesadaran keamanan.

DJP meminta wajib pajak untuk membantu menjaga keamanan informasi pribadinya, kata Dwi, termasuk memperbarui perangkat lunak antivirus, mengubah kata sandi secara berkala, dan menghindari memasukkan atau mengunduh file mencurigakan untuk menghindari pencurian data.

“Kami juga meminta masyarakat segera memberitahu DJP jika mencurigai adanya kebocoran informasi DJP, melalui saluran pengaduan DJP yaitu Pajak Kring 1500200, kirimkan email ke [email protected], website pengaduan.pajak. go.id, atau situs bijaknya .kemenkeu.go.id”.

Sebelumnya, kata pendiri Ethical Hacker Indonesia Teguh Abrianto di media sosial X, Kamis, 19 September 2024.

 

Dalam dokumen NPWP yang bocor, terdapat informasi dari pejabat tinggi negara. Diantaranya adalah Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan kedua anaknya, Wakil Presiden terpilih Gebran Rakabuming Raka dan anak terakhirnya Kaisang Pangarib.

Selain itu, dokumen Menteri Keuangan Sri Moyane Indrawati, Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Ari Setiadi, dan menteri lainnya juga disertakan dalam bocoran dokumen tersebut.

“Total ada 6 juta dokumen NPWP yang diperjualbelikan dengan harga sekitar Rp 150 juta. Dokumen yang bocor antara lain NIK, NPWP, alamat, nomor ponsel, email, dan lain-lain,” tulis Teguh di akun X.

“NPWP-nya yaitu Jokowi, Gebran, Kaisang, Menkominfo, Sri Mulyani dan tokoh-tokoh lainnya seperti Eric Thohir dan Zulkifli Hassan juga meninggalkan sampel yang diberikan pelaku,” imbuhnya.

 

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi pernah bicara soal ekspor 6 juta Wajib Pajak Orang Pribadi (NPWP), termasuk dirinya, keluarga, dan pemimpin negara.

Jokowi memerintahkan jajarannya untuk mengurangi kebocoran air di NPWP.

“Iya, saya sudah minta Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Kementerian Keuangan untuk sesegera mungkin menurunkannya, termasuk BSSN (Badan Siber dan Sandi Negara) untuk segera menurunkannya,” kata Jokowi. . (Kabupaten Boyolali, Tengah). Jawa Kamis (19/9/2024).

Menurut dia, kebocoran informasi juga terjadi di negara lain, tidak hanya di Indonesia.

Jokowi meyakini hal ini terjadi akibat lupa kata sandi atau terlalu banyak menyimpan informasi.

Dia menjelaskan: “Itu saja, semua informasi ini mungkin terjadi karena kata sandi yang salah dapat terjadi, atau karena menyimpan banyak informasi di tempat yang berbeda dapat menjadi tempat penetrasi peretas.”

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati buka-bukaan soal dugaan penyelewengan enam juta identitas wajib pajak (NPWP) yang ditukarkan. Diantaranya adalah Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan kedua putranya.

Sri Mulyani mengaku telah memerintahkan Direktur Perlindungan Pajak (DJP) melakukan pengusutan mendalam atas dugaan NPWP tersebut. 

“Saya sudah meminta Dirjen Pajak dan seluruh pihak di Kementerian Keuangan untuk melakukan penilaian terhadap permasalahan tersebut. Setelah penjelasannya, Dirjen Pajak dan tim IT-nya akan memberikan klarifikasi,” kata Sri Mulyani saat ditemui. di tengah. Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (19/9/2024).

 

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati buka-bukaan soal dugaan pertukaran informasi 6 juta Wajib Pajak (NPWP). Diantaranya adalah Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan kedua putranya.

Sri Mulyani mengaku telah memerintahkan Direktur Perlindungan Pajak (DJP) melakukan pengusutan mendalam atas dugaan NPWP tersebut. 

“Saya sudah meminta Dirjen Pajak dan seluruh pihak di Kementerian Keuangan untuk melakukan penilaian terhadap permasalahan tersebut. Setelah penjelasannya, Dirjen Pajak dan tim IT-nya akan memberikan klarifikasi,” kata Sri Mulyani saat ditemui. di tengah. Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (19/9/2024).

Berkas pajak tersebut diduga dibocorkan oleh pendiri Ethical Hacker Indonesia, Teguh Aprianto, melalui akun media sosialnya X. Teguh mengatakan, berkas NPWP yang bocor tersebut memuat informasi yang memuakkan. Mereka antara lain Presiden Jokowi dan kedua anaknya, Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka, dan putra bungsunya Kaisang Pangarib.

Selain itu, dokumen Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Ari Setiadi, dan menteri lainnya juga disertakan dalam bocoran dokumen tersebut.

 

 

 

“Total ada 6 juta dokumen NPWP yang diperjualbelikan dengan harga sekitar Rp 150 juta. Dokumen yang bocor antara lain NIK, NPWP, alamat, nomor handphone, email dll,” tulis Teguh di nomor X miliknya.

“NPWP yang melibatkan Jokowi, Gebran, Kaisang, Menteri Komunikasi dan Informatika Sri Mulyani, serta pemimpin lainnya seperti Eric Thohir dan Zulkifli Hassan juga dibocorkan dalam sampel yang diberikan pelaku,” imbuhnya.

Teguh mengungkapkan, dari rilis data tersebut, terdapat 10 ribu sampel yang berisi informasi pribadi seperti NIK, NPWP, nama, alamat, kecamatan, kabupaten, kota, negara bagian, dan jenis pembayar pajak.

Menyusul kejadian tersebut, Direktur Jenderal Pajak (DJP) tengah melakukan pendalaman terhadap dugaan 6 juta Wajib Pajak Orang Pribadi (NPWP). 

Terkait kebocoran informasi tersebut, tim ahli DJP kini sedang melakukan penyelidikan mendalam, kata Direktur Pelayanan dan Humas Dwi Astuti kepada Liputan6.