Categories
Bisnis

Pembiayaan Utang Pemerintah Turun Padahal Belanja Naik, Kok Bisa?

tonosgratis.mobi, Jakarta – Pemerintah menyerap utang baru sebesar Rp 132,2 miliar antara Januari hingga Mei 2024. Nilai utang ini mengalami penurunan sebesar 12,2% year-on-year atau year-over-year (YoY).

“Kalau kita lihat Mei (2024), utang kita Rp 132,2 triliun. Ini berarti penurunan sebesar 12,2 persen,” kata Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN secara virtual di Jakarta, Juni 2024, Kamis (27). / 6/2024).

Menurunnya pembayaran utang tersebut disebabkan penggunaan sumber dana sisa lebih anggaran (SAL) tahun sebelumnya. Namun penerimaan pajak menurun sehingga menyebabkan defisit APBN sebesar Rp 21,8 miliar pada Mei 2024.

“Tentu teman-teman akan bertanya bagaimana pembiayaan utang menurun padahal pendapatan pemerintah menurun meski belanja meningkat. Karena kami juga menggunakan sumber SAL tahun lalu,” ujarnya.

Bendahara negara itu mengatakan turunnya biaya penarikan utang ini berkat keberhasilan pemerintah dalam mengelola kebijakan fiskal. Dia meyakinkan, pemerintah akan terus berhati-hati dalam mengelola utang tersebut.

“Hal ini tidak terlepas dari pengelolaan fiskal yang sangat hati-hati sejak pandemi, dan tentunya dalam masa pemulihan kita terus melanjutkan dan mengharapkan normalisasi serupa, dan itu sedang terjadi saat ini,” jelasnya.

Menurut Sri Mulyani, realisasi pembiayaan SBN mencapai Rp141,6 triliun atau turun 2% dibandingkan Mei 2023 menjadi Rp144,5 triliun. Sedangkan pembiayaan non utang pada Mei 2024 sebesar Rp 47,6 miliar dibandingkan Mei 2023, meningkat 49,2% menjadi Rp 31,9 miliar.

Oleh karena itu, jika kita melihat pelaksanaan pembiayaan yang mencapai Rp84,6 miliar pada 31 Mei, turun 28,7 persen di saat APBN mengalami tekanan pendapatan, peningkatan biaya, dan guncangan global yang luar biasa. langkah yang sangat hati-hati dan pengelolaan fiskal sudah diramalkan sebelumnya”, tutupnya.

Koresponden: Sulaiman

Sumber: tonosgratis.mobi

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan realisasi penerimaan pajak hingga Mei 2024 sebesar Rp760,38 miliar atau 38,23 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2024.

“Sampai Mei, kita sudah mengumpulkan pajak sebesar Rp760,38 triliun,” kata Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam paparan APBN edisi Juni 2024, Kamis (27/6/2024).

Di sisi lain, Bendahara Negara menyatakan penerimaan pajak Mei 2024 tercatat melambat dibandingkan penerimaan pajak April 2024.

Jumlahnya mencapai 31,38 persen pada April 2024, meningkat signifikan dari 19,81 persen pada Maret 2024. Sementara itu, pada bulan April-Mei, total indikator penerimaan pajak sedikit meningkat, yakni sebesar 7%.

Menteri Keuangan mengatakan perlambatan tersebut disebabkan oleh penurunan penerimaan bruto beberapa kelompok pajak. Misalnya, pajak penghasilan (PPh) nonmigas yang diturunkan sebesar 5,41 persen menjadi Rp443,72 miliar atau hanya 41,73 persen dari target.

Penurunan tersebut disebabkan oleh melemahnya harga komoditas pada tahun lalu, sehingga menyebabkan rendahnya profitabilitas pada tahun 2023, terutama pada sektor terkait komoditas.

Belakangan, PPh migas juga mengalami penurunan sebesar 20,54 persen. Capaian serapan PPh migas pada Mei 2024 sebesar Rp29,31 triliun atau 38,38% dari target. Sri Mulyani mengatakan penurunan tersebut disebabkan penurunan produksi minyak dan gas.