Categories
Edukasi

Sosok Menteri yang Mencetus Sistem Zonasi dan Alasan di Balik Penerapannya dalam PPDB

Jakarta – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku sedang mempertimbangkan penghapusan sistem zona penerimaan peserta didik baru (PPDB).

“Sedang dipertimbangkan (penghapusan zonasi PPDB),” kata Presiden Jokowi saat dikonfirmasi awak media di Stasiun Dukuh Atas, Jakarta, Kamis, 10 Agustus 2023.

Dalam refleksi tersebut, Jokowi mengupas tuntas dan mengkaji kelebihan dan kekurangan sistem zona PPDB.

Rencana penghapusan zonasi tersebut diketahui Jokowi tengah mempertimbangkannya setelah mendapat masukan dari Wakil Ketua MPR Ahmad Muzan di Istana, Rabu, 9 Agustus 2023.

Muzani mengatakan, Jokowi sedang mempertimbangkan penghapusan sistem zona PPDB pada tahun depan. Sebab, perselisihan sistem zonasi PPDB terjadi hampir setiap tahun di setiap provinsi.

Lantas siapa menteri yang memulai sistem zonasi dan apa alasan penerapannya di PPOB? menteri yang memulai sistem zonasi

Merujuk pada Buku Perencanaan Pendidikan “Bangun Inspirasi Tanpa Diskriminasi” terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sistem perencanaan merupakan salah satu dari empat jalur PPDB.

Seperti diketahui, ada empat jalur dalam PPDB untuk mengetahui apakah seorang anak dapat diterima di sekolah binaan, yang pertama jalur kinerja, konfirmasi, perubahan instruksi orang tua, dan jalur perencanaan.

Sistem zonasi PPDB dimulai oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy (2016-2019) menggantikan Anies Baswedan yang kemudian dipecat oleh Jokowi.

Sosialisasi zonasi dimulai pada tahun 2016, kemudian sistem ini diterapkan di seluruh sekolah pada tahun 2017 dan dilengkapi pada tahun 2018. Alasan Muhadjir Effendy membuat sistem zonasi

Muhadjir mengatakan, Senin, 23 Oktober 2017 saat jumpa pers di Kantor Presiden, sistem zonasi dibuat agar seluruh siswa bisa merata.

Dalam pelaksanaannya, sistem zonasi ini mengharuskan siswa menerima pendidikan berdasarkan kartu keluarga di sekolah-sekolah yang ada di wilayah tempat tinggalnya.

Muhadjir berharap dengan sistem ini tidak ada lagi asumsi mengenai sekolah favorit dan sekolah non favorit. Menurutnya, sistem ini sengaja diterapkan agar siswa pintar tidak berebut masuk ke sekolah favoritnya. Sebaliknya, siswa yang kurang cerdas berbondong-bondong ke sekolah yang bukan favoritnya.

Karena itulah Muhadjir optimis dengan sistem zonasi ini, kastanisasi di sekolah bisa segera dihilangkan. 

“Dengan begitu, kita segera ciptakan sekolah-sekolah yang kualitasnya setara, tidak ada lagi kastanisasi. Sebaliknya, kalau sekolahnya kurang bagus, anak-anak bodoh akan buru-buru ke sana,” kata Muhadjir. PDIP bilang tidak ada. Peluang Kader PDIP di Pilkada Jabar, Dukung Anies Baswedan?Partai Demokrasi Indonesia (PDIP) Sebut Calon Non PDIP Berpeluang Ikut Pilkada 2024, Akankah Anies Mendukungnya?tonosgratis.mobi.co. id 29 Agustus 2024