tonosgratis.mobi, Jakarta – Aruna, salah satu perusahaan perikanan yang menjadi bagian dari ekosistem startup di bidang kelautan dan perikanan, mencatatkan peningkatan pendapatan yang signifikan. Tercatat pendapatan nelayan Aruna meningkat 3 hingga 12 kali lipat.
Co-founder dan CEO Aruna Farid Naufal Aslam mengatakan pada tahun 2023 jumlah hasil laut yang terserap di Aruna Center mencapai 40.000 ton. Hal ini dipengaruhi oleh sebaran titik penangkapan ikan di 150 tempat.
“Tercatat juga rata-rata pendapatan nelayan Aruna meningkat 3 hingga 12 kali lipat. Menjangkau lebih dari 55.000 nelayan Aruna dan mendukung titik pasok yang tersebar di 150 lokasi di Indonesia,” kata Farid dalam keterangan resmi, Rabu (10/7/2024).
Ia mengatakan jenis ikan utama adalah tuna, kepiting, lobster dan lain-lain. Selanjutnya, banyaknya titik pasokan memberikan peluang bagi perusahaan untuk memasok pasar ekspor. Tercatat wilayah pasokan ikan mencapai 90% provinsi di Indonesia.
“Di situlah letak kelebihan Arona, yaitu banyaknya titik pasokan sehingga membuka peluang untuk menjajaki banyak pasar lain, seperti Eropa, Jepang, dan Timur Tengah,” ujarnya.
“Apa yang kami bangun dan operasikan tentunya bertujuan untuk memberikan dampak positif bagi para nelayan dan masyarakat pesisir Arona. Kami juga percaya bahwa peningkatan jumlah nelayan yang signifikan dari tahun ke tahun menjadi tolak ukur pertumbuhan bisnis Arona,” ujarnya. Farid. agregat.
Lebih lanjut, Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono memperkirakan pasar makanan laut global akan tumbuh sebesar 8,92 persen pada tahun 2025. Alhasil, hal ini memberikan peluang menarik bagi para pelaku dan industri perikanan Indonesia.
Tidak berhenti sampai disitu, Arona juga berkontribusi dalam penyelamatan lingkungan dengan mengelola sampah yang dikumpulkannya. Misalnya limbah cangkang kepiting dimanfaatkan dan dijual sebagai pakan ikan.
Lebih lanjut, dari sisi lingkungan, Aruna mengarahkan masyarakat pesisir untuk belajar mengolah sampah rumah tangga dan limbah cangkang kepiting.
“Limbah cangkang kepiting ini diubah menjadi bubuk, kemudian diolah menjadi tepung ikan dan kemudian dijual,” kata Atari Octavianti, kepala petugas keberlanjutan di Arona. Berdasarkan Laporan Keberlanjutan Arona 2023, Arona telah berhasil mengolah 100 ton sampah menjadi pakan ikan,” kata Uttri Octavianti, Direktur Keberlanjutan Arona.
“Hal ini tentu meningkatkan kesadaran masyarakat pesisir untuk mengelola sampah secara sirkular ekonomi, yang juga dapat mereka gunakan sebagai sumber pendapatan lain. Hal ini merupakan upaya Arona untuk mengurangi dampak negatif kegiatan ekonomi terhadap lingkungan. ” tambahnya.
Sebelumnya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengatur penangkapan ikan tuna di perairan Indonesia. Salah satunya adalah menjaga jumlah penduduk tetap mencukupi dan berkelanjutan.
Selain itu, Indonesia juga tercatat sebagai kontributor utama ekspor ikan tuna asin (TCT) ke dunia. Artinya, terdapat manfaat ekonomi dalam menjaga populasi tuna.
“Jadi bagaimana kita menjamin ketersediaan sumber daya tuna yang berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan dan berkontribusi kepada negara melalui kepedulian terhadap keberlanjutan,” kata Direktur Pengelolaan Sumber Daya Perikanan KKP Rizwan Maulana pada konferensi pers penangkapan ikan tuna di Indonesia bertajuk Spring. Hulu dan Hilir, di kantor KKP, Jakarta, dikutip Jumat (21/6/2024).
Pengaturan atau pembatasan penangkapan ikan tuna, kata Rizwan, akan dibarengi dengan program penangkapan ikan terukur (PIT). Konsep ini menciptakan keseimbangan antara aspek ekonomi dan pemeliharaan lingkungan.
Artinya, kita menyeimbangkan aspek ekonomi dan lingkungan sehingga penangkapan ikan tuna tidak mengancam sumber daya lingkungan, termasuk perairan, habitat ikan, dan habitat laut. Selain memancing, ada terumbu karang, mangrove, dan lain-lain,” jelasnya.
Selain itu, pihaknya juga menyusun Rencana Pengelolaan Perikanan (PRP) yang disepakati oleh seluruh pemangku kepentingan. Dokumen ini akan mengatur jenis ikan tuna yang boleh ditangkap, termasuk ukuran dan waktu penangkapannya.
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Waheo Trunggo juga menyoroti perlunya penerapan protokol atau pengelolaan perikanan berkelanjutan, khususnya di perairan kepulauan.
“Kami sudah memiliki dokumen praktik pengumpulan yang baik, yang berkaitan dengan cara kami mengelola berbagai izin yang harus diberikan agar dapat berkelanjutan. Misalnya alat penangkapan ikan yang tidak merusak lingkungan,” jelasnya.