Categories
Sains

Jaringan Pipa Terbengkalai di Laut Utara Siap Lepaskan Racun Berbahaya

OSLO – Jaringan pipa minyak dan gas yang terbengkalai dan rusak di Laut Utara merupakan potensi bahaya.

Seperti dilansir Wion News, (27/2/2024), para ilmuwan telah memperingatkan bahwa pipa tersebut dapat melepaskan sejumlah besar zat berbahaya, seperti merkuri, timbal radioaktif, dan polonium-210, yang terkenal karena perannya dalam keracunan dan gas. . Pembelot Rusia Alexander Litvinenko.

Merkuri, unsur beracun yang ditemukan secara alami dalam minyak dan gas, menempel di bagian dalam pipa dan terakumulasi seiring waktu. Ketika pipa-pipa ini terkorosi, merkuri akan terlepas ke laut.

Metilmerkuri, bentuk logam paling beracun, dihilangkan dari pipa-pipa ini, dan bentuk lain berpotensi menjadi merkuri.

Konvensi Internasional Minamata tentang Merkuri memperingatkan bahwa tingginya kadar merkuri pada mamalia laut seperti lumba-lumba, paus, dan anjing laut dapat menyebabkan kegagalan reproduksi, perubahan perilaku, dan bahkan kematian. Burung laut dan ikan predator besar, seperti tuna dan ikan todak, juga berisiko tinggi.

Lhiam Paton, peneliti di Institute of Analytical Chemistry di Universitas Graz, yang menyoroti masalah pencemaran merkuri, menunjukkan bahwa peningkatan kecil saja pada kadar merkuri di laut dapat berdampak signifikan pada hewan yang memberi makan. di atasnya. itu. UNTAI

Laut Utara memiliki sekitar 27.000 km jaringan pipa gas dan para ahli memperkirakan bahwa konsentrasi logam di laut dapat meningkat antara 3 persen dan 160 persen di atas tingkat saat ini.

Berbeda dengan beberapa negara, yang peraturannya mewajibkan pemindahan jaringan pipa setelah sumur minyak ditutup, perusahaan-perusahaan di Laut Utara diperbolehkan membiarkan jaringan pipanya rusak.

Categories
Sains

Terbuat dari Besi dan Punya Beban Berat, Kenapa Kapal Tetap Bisa Mengapung?

JAKARTA – Waktu pulang sudah hampir tiba. Bagi yang mudik lewat laut mungkin bertanya-tanya mengapa kapal bisa mengapung padahal terbuat dari besi. Seperti yang Anda ketahui, besi merupakan bahan yang berat dan akan tenggelam jika berada di dalam air.

Hal ini cukup membingungkan, apalagi jika kapalnya berukuran besar dan tanpa penambahan awak kapal serta muatan lainnya, sehingga menambah bobot dan bobot kapal hingga berton-ton. Jadi bagaimana ini bisa terjadi?

Dirangkum dari berbagai sumber, Minggu (31/3/2024), hal ini bisa jadi disebabkan oleh adanya gaya apung dan tingkat kepadatan benda itu sendiri.

Teka-teki ini dipecahkan oleh Archimedes, dia adalah seorang ilmuwan Yunani. Prinsip Archimedes menyatakan bahwa gaya yang bekerja pada suatu benda di dalam zat cair sama dengan berat yang dipindahkan oleh benda tersebut.

Gaya ini, yang lebih sering disebut gaya tarik, mendorong benda ke atas. Ada dua tekanan ke bawah, atau gravitasi, yang bekerja pada benda dengan gaya yang ditentukan oleh massa benda.

Apabila gaya ke bawah yang dialami suatu benda lebih kecil dari gaya apung, maka benda tersebut dapat mengapung. Benda di dalam air dapat terapung atau tenggelam tergantung massa jenisnya.

Hal ini juga berlaku pada kapal di air dimana massa jenis kapal harus lebih kecil dari massa jenis air agar dapat mengapung. Itu sebabnya kapal mempunyai formula rahasia, yaitu bagian yang berisi rongga udara.

Bagian lambung kapal yang menjaga keseimbangan kapal dan mampu mengapung di lautan. Namun, sebuah kapal masih bisa tenggelam jika ada air yang masuk ke dalamnya, sehingga menggantikan udara dan membuat massa jenis rata-rata kapal lebih besar daripada massa jenis air.

Jika kita melihat kasus Titanic yang menabrak gunung es raksasa di lepas pantai selatan Newfoundland pada tahun 1912, gunung es tersebut menghancurkan sebagian kapal, meninggalkan lubang-lubang kecil di lambung kapal dan banyak air yang masuk ke awak kapal.

Cara yang sama juga digunakan pada kapal selam, dimana kapal tersebut memiliki rongga yang dapat diisi air jika ingin menyelam dan diisi udara jika ingin mengapung di permukaan.

Categories
Sains

Ledakan 540 Juta Tahun Lalu Munculkan Spesies Hewan Baru di Laut

LONDON – Ledakan Kambrium merupakan periode perkembangan pesat sekitar 540 juta tahun lalu ketika banyak kelompok hewan muncul dan mulai menyimpang. Sebelum ledakan Kambrium, sebagian besar kehidupan di Bumi terdiri dari organisme sederhana bersel tunggal dan multiseluler.

Namun, dalam kurun waktu 20-30 juta tahun, catatan fosil menunjukkan kemunculan berbagai makhluk kompleks dengan ciri fisik baru yang mengejutkan, seperti cangkang logam, anggota badan bercakar, dan organ indera seperti mata.

Menurut IFL Science, peristiwa ini menandai perubahan besar dalam sejarah kehidupan di Bumi, meletakkan dasar bagi bentuk kehidupan yang kita lihat saat ini.

Ledakan Kambrium masih menjadi subjek penelitian yang aktif, dan para ilmuwan masih berusaha memahami sepenuhnya apa yang menyebabkan ledakan evolusi yang luar biasa ini.

Sebuah teori terkemuka menyatakan bahwa peningkatan kadar oksigen di lautan mungkin berperan dalam hal ini. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa peningkatan kadar oksigen dalam jumlah kecil sekalipun dapat berdampak besar pada metabolisme dan pertumbuhan suatu organisme, sehingga berpotensi memicu ledakan inovasi evolusioner.

Faktor lain yang mempengaruhinya adalah perubahan iklim, pergeseran lempeng tektonik, dan munculnya monster baru.

Kemungkinan besar beberapa faktor digabungkan untuk menciptakan kondisi yang tepat bagi ledakan Kambrium.

Ledakan Kambrium merupakan pengingat kuat akan kekuatan evolusi dan kemampuannya menghasilkan keanekaragaman kehidupan yang menakjubkan dalam waktu singkat.

Fenomena ini terus memukau para ilmuwan dan memberikan wawasan tentang sejarah awal kehidupan di planet kita.