REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Beberapa perguruan tinggi swasta (PT) yang tergabung dalam Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LL Dikti) Wilayah III menandatangani perjanjian kejujuran terhadap kekerasan sosial sebagai komitmen mewujudkan kampus yang nyaman dan aman. suasana bagi seluruh warga negara.
“Ini merupakan bentuk komitmen kolektif untuk mewujudkan lingkungan universitas yang aman, nyaman dan bebas dari segala kekerasan seksual,” kata Rektor Universitas Mercu Buena Jakarta Andi Adriansa, Kamis (18/7/2024).
Ia mengatakan, 196 pimpinan PTS di lingkungan LL Dikti Wilayah III mengikuti secara offline dalam acara yang digelar di universitas tersebut pada Rabu (17/7), termasuk 12 PTS yang ditunjuk sebagai PTS bidang pencegahan dan penanganan kekerasan seksual. Kelompok Proyek (PPKS).
Universitas, sebagai tempat pembelajaran, pengembangan dan transformasi, harus menjadi tempat di mana setiap orang merasa aman, dihormati dan dihargai, katanya.
Oleh karena itu, lingkungan kampus harus benar-benar bebas dari pelecehan seksual, ujarnya.
Menurutnya, pelecehan seksual tidak hanya merugikan proses pembelajaran, tetapi juga mengancam kesehatan mental dan emosional serta mempengaruhi kepercayaan civitas akademika.
“Kampus yang bebas pelecehan seksual penting untuk meningkatkan rasa aman dan memungkinkan semua orang fokus pada aktivitas akademik dan profesionalnya tanpa rasa takut atau cemas,” kata Andy.
Tony Toharudian, Kepala LL Dikti Wilayah III, di lldikti3.kemdikbud.go.id/adia/ berharap website Anti Dosa Pendidikan dan Integritas Akademik (ADIA) dapat digunakan untuk dunia pendidikan. kampanye melawan kekerasan seksual di kampus.
Kami juga berharap situs ini dapat membantu Pokja PPKS dalam memperbaharui informasi dan menambah pemikiran mengenai topik-topik seputar PPKS di perguruan tinggi.
“Website ADIA dilengkapi dengan fitur whistleblowing sebagai langkah awal masyarakat untuk melaporkan atau mengadukan pelecehan seksual yang terjadi di kampus atau kampus,” kata Tony.
“Halaman website ini diharapkan dapat membantu Satgas PPKS dalam mengupdate informasi dan menambah pemikiran penting mengenai PPKS Perguruan Tinggi,” ujar Taufan Setyo Pranggono, Ketua Satgas ADIA LLDikti Wilayah III.
Selain penandatanganan Pakta Integritas dan peluncuran website ADIA, narasumbernya adalah Maria Ulfa Anshor, Direktur Eksekutif Komnas Perempuan dan Indra Budi Setiyawan dari Pusat Pengembangan Karakter, Kantor Pusat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Dalam pemaparannya, Maria mengatakan bahwa relasi kekuasaan dan hak istimewa yang bersifat gender berkontribusi terhadap kekerasan seksual. Selain itu, banyak pelaku kejahatan atau kasus kekerasan terhadap perempuan yang berasal dari kelompok atau pihak yang seharusnya menjadi advokat.
“Banyak kekerasan seksual yang bermula dari ideologi [stereotip] bahwa perempuan dianggap lebih rendah dibandingkan laki-laki,” kata Maria.
Indra sekaligus menekankan pentingnya peningkatan pengetahuan dan keterampilan ketua Satgas PPKS dan anggota terkait pencegahan dan penanganan kekerasan seksual di lingkungannya.
Selain itu, kata Indra, penting bagi perguruan tinggi untuk meningkatkan infrastruktur, antara lain penerangan, pemasangan CCTV, ruangan atau kantor terbuka atau multiakses. “Itulah mengapa sangat penting untuk mendapatkan dukungan politik dan pendanaan operasional dari pimpinan universitas untuk mencegah dan mengatasi kekerasan seksual,” katanya.