Categories
Kesehatan

Diseksi Aorta adalah Robeknya Lapisan Pembuluh Darah Terbesar dalam Tubuh, Orang dengan Hipertensi dan Merokok Paling Berisiko

tonosgratis.mobi, Jakarta Sebagian orang masih belum mengenal kata diseksi aorta. Padahal, kondisi ini tergolong serius dan memerlukan penanganan medis sesegera mungkin.

Diseksi aorta adalah robeknya salah satu pembuluh darah besar yang biasa disebut dengan katup aorta.

Kondisi ini bisa dialami siapa saja, namun ada banyak hal yang bisa meningkatkan faktor risikonya, seperti tekanan darah tinggi, riwayat keluarga dengan diseksi aorta, kebiasaan merokok, kelainan katup jantung, usia lanjut.

Menurut ahli jantung dan ahli bedah vaskular di RS Siloam Lippo Village Karawaci, Dicky Algheri, aorta merupakan pembuluh darah terbesar yang membawa darah beroksigen dari jantung dan bertanggung jawab atas peredarannya ke seluruh tubuh.

Ada beberapa struktur penyusun aorta, antara lain: Katup aorta: Katup pada aorta yang membuka dan menutup agar darah dapat keluar dari jantung. Kerangka aorta: bagian aorta yang menghubungkan ke jantung dan strukturnya merupakan bagian terluas dari aorta. Aorta asendens: Bagian pertama yang meninggalkan jantung. Lengkungan Aorta: Lengkungan pada aorta yang menghubungkan aorta asendens dan desendens. Aorta desendens: Bagian aorta yang memanjang dari dada hingga perut.

Sebagai pembuluh darah terbesar yang membawa darah kaya oksigen ke seluruh tubuh, fungsi aorta sangat penting bagi tubuh. Selain darah, zat lain yang diangkut seperti nutrisi dan hormon juga diangkut melalui aorta.

Kata Dicky dalam keterangan yang diterima Health tonosgratis.mobi, Jumat (21/1/2024).

Dicky mengatakan, penyakit tersebut seringkali disebabkan oleh kelainan pada dinding aorta atau tekanan darah tinggi. Sejumlah faktor yang dapat menyebabkan operasi aorta antara lain: Tekanan darah tinggi (high blood pressure): tekanan darah yang terus-menerus dan tidak terkontrol dapat melemahkan dinding aorta. Hal ini membuatnya rentan terhadap robekan dan sayatan. Penyakit arteri koroner: Penyakit arteri koroner dapat menyebabkan penumpukan plak di dinding arteri, termasuk aorta. Plak ini dapat menyebabkan rapuhnya dinding aorta dan meningkatkan risiko diseksi. Kelainan genetik atau genetik: Kelainan bawaan tertentu seperti sindrom Marfan, Turner, dan kelainan lain yang mempengaruhi struktur dan kekuatan jaringan ikat dapat meningkatkan risiko operasi aorta. Cedera atau trauma: Trauma parah pada dada atau perut, seperti kecelakaan mobil atau trauma parah, dapat merusak dinding aorta dan menyebabkan pembedahan. Penggunaan obat-obatan terlarang: Penggunaan obat-obatan terlarang tertentu dapat meningkatkan tekanan darah dan melemahkan dinding aorta. Angkat Berat: Bagi yang tertarik untuk angkat beban, lakukan sedikit demi sedikit dan jangan mengurangi beban yang Anda latih. Hal ini bisa menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya operasi aorta.

Beberapa gejala yang mungkin muncul pada orang yang pernah menjalani operasi aorta antara lain: Nyeri dada yang parah: Nyeri dada terasa tiba-tiba dan parah. Nyeri ini biasanya dirasakan di dada atau tubuh bagian atas dan sering digambarkan sebagai sensasi seperti ditusuk-tusuk. Sakit punggung: Sakit punggung bisa dirasakan di antara bahu atau nyeri di punggung atas atau bawah. Sesak napas: Pecahnya dinding aorta dapat menyebabkan aliran darah di sekitar jantung atau paru-paru sehingga dapat mengganggu proses pernapasan dan menyebabkan sesak napas. Sakit perut: Jika operasi aorta melibatkan bagian perut aorta, hal ini dapat menyebabkan sakit perut yang parah. Kelumpuhan anggota badan: Jika diseksi aorta mengganggu aliran darah ke ekstremitas (lengan atau tungkai), terjadi kelumpuhan atau kesemutan di area tersebut. Pucat, berkeringat, atau mual: Beberapa orang mungkin mengalami gejala yang tidak spesifik seperti pucat, keringat berlebih, atau mual.

Untuk mencegah komplikasi, operasi aorta harus segera ditangani. Salah satu cara untuk mengobatinya adalah dengan teknik yang tidak terlalu invasif seperti Perbaikan Aneurisma Endovaskular (EVAR) dan Perbaikan Aneurisma Endovaskular Thoracic (TEVAR).

EVAR dan TEVAR adalah prosedur perbaikan diseksi aorta dan aneurisma aorta (pembesaran atau pembengkakan aorta) dengan menggunakan teknik bedah endovaskular.

Kedua prosedur tersebut dapat digunakan untuk mengobati diseksi aorta, aneurisma aorta perut (EVAR), atau aneurisma aorta (TEVAR).

EVAR adalah prosedur bedah endovaskular yang dilakukan untuk mengobati diseksi aorta dan aneurisma aorta perut.

“Pada prosedur ini, kateter dengan stent graft (sejenis tabung yang dapat memperkuat dinding aorta) dimasukkan melalui arteri di selangkangan pasien,” jelas Dicky.

Cangkok stent dipasang di aorta untuk menggantikan, meregangkan, dan memperkuat bagian diseksi atau aneurisma yang melemah. Hal ini membantu mencegah pecahnya arteri serta menutup sayatan robekan dan mengurangi risiko komplikasi yang mungkin terjadi.

Sedangkan TEVAR digunakan untuk mengobati diseksi aorta dan aneurisma aorta, yaitu pembesaran atau pembengkakan pada aorta dada.

Prosedur ini mirip dengan EVAR, namun stent graft dipasang pada aorta di daerah toraks, di atas diafragma. Ini membantu mengisolasi dan memperkuat aneurisma serta mencegah pecahnya lebih lanjut dan menutup robekan segmental, kata Dicky.