Categories
Sains

Terdekteksi Tak Mengelilingi Matahari, Ternyata Posisi Bumi Keluar Jalur Barycenter

LONDON – Bumi tidak berputar mengelilingi Matahari pada titik yang persis sama, tetapi bumi berputar bersama Matahari mengelilingi barycenternya, dan itu benar.

Barycenter adalah titik di mana dua benda saling mengorbit. Meskipun Matahari memiliki massa yang jauh lebih besar dibandingkan planet-planet di Tata Surya, gravitasi bekerja dua arah.

Seperti dilansir IFL Science, akibatnya Bumi dan Matahari tidak mengorbit satu sama lain dalam lingkaran sempurna di sekitar suatu titik, melainkan mengorbit bersama di sekitar barycenternya.

Barycenter Tata Surya terletak di luar Matahari, namun sekitar 450 km dari permukaan Matahari. Ini mungkin terlihat sepele, namun cukup mengubah cara kita memandang orbit bumi.

Meski kita mengelilingi barycenter, Matahari tetap berperan penting dalam orbit Bumi. Gravitasi Matahari jauh lebih kuat dibandingkan objek lain di Tata Surya dan itulah yang membuat Bumi tetap berada pada orbitnya.

Orbit bumi bukanlah lingkaran sempurna, melainkan elips. Artinya, jarak Bumi ke Matahari berbeda-beda sepanjang tahun. Perbedaan ini menyebabkan adanya musim di bumi.

Orbit bumi juga dipengaruhi oleh gravitasi benda lain di tata surya, seperti Jupiter dan Saturnus. Meskipun dampaknya kecil, namun dapat menyebabkan variasi kecil pada orbit bumi.

Bahwa Bumi mengorbit sebuah barycenter dan bukannya Matahari mungkin tampak seperti sebuah detail kecil, namun hal ini merupakan pengingat bahwa alam semesta adalah tempat yang kompleks dan penuh nuansa.

Pemahaman kita tentang alam semesta semakin berkembang, kita belajar lebih banyak dan selalu menemukan sesuatu yang baru.

Meski tidak berdampak langsung pada kehidupan kita sehari-hari, fakta ini menunjukkan betapa menarik dan kompleksnya alam semesta.

Berikut beberapa fitur tambahan yang mungkin menarik bagi Anda:

Categories
Sains

Mahkluk Terakhir yang Hidup di Bumi, Ini Kandidatnya?

BERLIN – Menentukan hewan terakhir di Bumi merupakan pertanyaan yang sulit dan spekulatif karena bergantung pada banyak faktor yang tidak diketahui.

Namun, berdasarkan pemahaman kita saat ini mengenai biologi dan peristiwa kepunahan massal, beberapa kemungkinan kandidat telah muncul.

Mikroorganisme ini, juga dikenal sebagai “beruang air”, dikenal karena ketahanannya yang luar biasa terhadap kondisi ekstrem. Mereka tahan terhadap suhu panas dan dingin yang ekstrim, paparan radiasi yang tinggi, dan dehidrasi yang berkepanjangan.

Mereka memiliki kemampuan untuk memasuki keadaan kriptobiotik di mana metabolisme mereka terhenti, memungkinkan mereka bertahan hidup selama bertahun-tahun tanpa makanan atau air.

Nematoda: Makhluk ini juga sangat kuat dan dapat ditemukan di berbagai habitat, termasuk tanah, air tawar, dan air asin. Mereka mampu bertahan dalam kondisi yang keras seperti radiasi tinggi, suhu ekstrem, dan kekurangan makanan.

Kecoa: Serangga ini dikenal karena kemampuannya beradaptasi dan bertahan hidup di lingkungan yang keras. Mereka adalah omnivora dan bisa makan berbagai macam makanan. Kecoak juga tahan terhadap radiasi dan dikenal mampu bertahan hidup dalam peristiwa nuklir.

Perlu dicatat bahwa ini hanyalah beberapa contoh, dan banyak hewan lain yang mungkin juga memiliki peluang untuk bertahan hidup di masa depan.

Pada akhirnya, hewan terakhir yang bertahan hidup di Bumi mungkin adalah hewan yang paling mampu beradaptasi terhadap perubahan lingkungan dan paling tidak rentan terhadap ancaman seperti kepunahan massal.

Selain faktor biologis, kejadian acak juga dapat berperan dalam menentukan hewan mana yang pada akhirnya akan bertahan.

Misalnya, sebuah asteroid yang menghantam Bumi dapat memusnahkan sebagian besar spesies, namun secara tidak sengaja meninggalkan satu spesies yang kebetulan berada di tempat dan waktu yang tepat.

Oleh karena itu, tidak mungkin memprediksi secara akurat hewan mana yang akan menjadi yang terakhir di Bumi.