tonosgratis.mobi, Jakarta – TikTok diduga melanggar aturan App Store, di mana platform video tersebut mengizinkan beberapa pengguna untuk membeli koinnya langsung dari situsnya.
TikTok rupanya menawarkan beberapa pengguna iOS opsi untuk mencoba mengunggah koin ke tiktok.com untuk menghindari biaya layanan dalam aplikasi, yaitu komisi pembelian Apple sebesar 30 persen.
Sesuai dengan foto yang dibagikan di bawah ini.
Mereka kemudian dapat menggunakan Apple Pay, PayPal, dan kartu kredit atau debit untuk menyelesaikan transaksi. Demikian dikutip Engadget, Jumat (3/5/2024).
“TikTok bisa saja dilarang dari App Store minggu depan,” cuit @getdavenow.
“Mengapa? Mereka tampaknya menghindari biaya Apple dengan mengarahkan pengguna untuk membeli koin melalui metode pembayaran eksternal,” lanjutnya.
Tidak jelas mengapa hanya beberapa pengguna yang memiliki akses ke navigasi ini. Salah satu hipotesisnya adalah fitur tersebut diaktifkan untuk individu yang sebelumnya telah membeli koin dalam jumlah besar.
Sebelumnya, Apple secara khusus menghapus Fortnite dari toko aplikasinya pada tahun 2020 setelah Epic Games memperkenalkan diskon khusus mata uang dalam game bagi siapa saja yang membelinya secara langsung.
Insiden tersebut memicu perselisihan hukum selama bertahun-tahun, dengan Apple memulihkan akun pengembang Epic Games pada Maret 2024 setelah Uni Eropa mulai menyelidiki kasus tersebut.
Baru-baru ini, Apple menghadapi penolakan dari Spotify dan menolak pembaruan yang menunjukkan harga streaming musik dan mengizinkan pembelian bundel dalam aplikasi.
Sebaliknya, Tiongkok mengancam akan mengambil “langkah kuat dan tegas” untuk mempertahankan diri. Hal ini terjadi setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menandatangani undang-undang yang memberikan bantuan luar negeri ke Taiwan dan memaksa pemilik TikTok yang berbasis di Tiongkok untuk menjual aplikasi tersebut atau dilarang di Amerika Serikat.
Dikutip Foxnews.com, Selasa (30/4/2024), undang-undang yang disetujui Presiden AS Joe Biden pada Rabu pekan lalu memberikan bantuan sebesar $95 miliar kepada Ukraina dan Israel, termasuk hampir $2 miliar untuk mengisi kembali Amerika Serikat. Arsenal (AS) memberikan hibah kepada Taiwan dan sekutu regional lainnya, menurut Associated Press.
Selain itu, ByteDance memberi waktu sembilan bulan untuk menjual TikTok, serta kemungkinan perpanjangan tiga bulan jika penjualan dilanjutkan.
“Tiongkok menentang keras persetujuan dan penandatanganan paket bantuan militer Amerika Serikat yang memuat konten negatif terhadap Tiongkok. Kami telah menyampaikan pernyataan serius kepada Amerika Serikat,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Lian Jian.
Ia menambahkan, bantuan yang diberikan kepada Taiwan sangat melanggar kedaulatan Tiongkok. “Paket ini mencakup bantuan militer dalam jumlah besar ke Taiwan yang secara serius melanggar prinsip satu Tiongkok dan mengirimkan sinyal buruk kepada pasukan separatis kemerdekaan Taiwan,” ujarnya.
Ia menilai undang-undang ini melanggar prinsip ekonomi pasar dan persaingan sehat dengan tidak menyerang perusahaan negara lain atas nama keamanan nasional. “Ini sekali lagi menunjukkan sifat hegemonik dan mengintimidasi Amerika Serikat,” katanya.
Tiongkok telah terlibat dalam sengketa wilayah dengan Taiwan, yang menyambut baik undang-undang tersebut dengan mengatakan bahwa hal itu akan membantu keamanan, menurut laporan Reuters.
“Jika Amerika Serikat tetap teguh pada pendiriannya, Tiongkok akan mengambil langkah tegas untuk melindungi kepentingan keamanan dan pembangunannya sendiri,” tambah Lin.
Sementara itu, anggota parlemen AS menuduh TikTok menimbulkan risiko terhadap keamanan nasional AS, mengumpulkan data pengguna, dan menyebarkan propaganda.
Tiongkok sebelumnya mengatakan akan menentang penjualan paksa TikTok. TikTok membantah bahwa hal tersebut merupakan ancaman keamanan dan sedang mempersiapkan tuntutan hukum untuk memblokir undang-undang tersebut.
Sementara itu, perusahaan induk TikTok, ByteDance, dilaporkan lebih memilih untuk menutup aplikasi TikTok daripada gulung tikar setelah Amerika Serikat mengeluarkan undang-undang baru yang memaksanya untuk menjual platform tersebut atau akan dilarang di Amerika Serikat.
“ByteDance tidak memiliki rencana untuk menjual TikTok,” kata ByteDate di platform media sosialnya Toutiao, seperti dikutip Yahoo Finance.
Menurut sumber yang dikutip dalam laporan Reuters, ByteDance lebih memilih untuk menutup aplikasi tersebut daripada menjualnya jika mereka telah kehabisan semua opsi hukum untuk menantangnya di Amerika Serikat.
Setelah Presiden AS Joe Biden menandatangani undang-undang yang disahkan oleh Senat, muncul laporan yang menunjukkan bahwa perusahaan induk TikTok dapat menjual operasinya ke perusahaan yang berbasis di AS, tetapi tanpa algoritme – yang merekomendasikan video di aplikasi tersebut.
ByteDance menganggap algoritme TikTok sebagai inti dari seluruh operasinya, termasuk platform berbagi video domestik lainnya di Tiongkok.