Tanda Alergi Makanan pada Bayi dan Cara Memastikan, Ini Bedanya dengan Infeksi
tonosgratis.mobi, Jakarta – Gejala alergi makanan pada bayi sangat beragam, mulai dari ruam kulit hingga gangguan pernapasan parah. Ketika bayi menunjukkan reaksi yang tidak biasa setelah mengonsumsi makanan tertentu, seperti telur ayam atau susu sapi, sebaiknya orang tua mewaspadai kemungkinan alergi makanan pada bayi.
Penting bagi orang tua untuk memahami bahwa alergi makanan dapat menimbulkan gejala yang berbeda-beda pada setiap anak. Oleh karena itu, diperlukan pemantauan yang cermat untuk mendeteksi gejala alergi makanan pada bayi.
Mendiagnosis apakah seorang anak mengalami gangguan makan memerlukan perawatan yang cermat dan sistematis. Salah satu cara untuk memastikannya adalah dengan menghilangkan dan memprovokasi metode tersebut, termasuk mengecualikan makanan yang dianggap menyebabkan batuk untuk sementara waktu, dan memperkenalkan kembali makanan tersebut untuk melihat perkembangan tubuh anak.
Orang tua harus mengetahui tanda-tanda alergi makanan. Menurut ahli gizi klinis Dr. Raissa E Djuanda, MGizi, SpGK Menurut saluran YouTube Dr. Raissa Djuanda, Ada beberapa tanda yang bisa dicermati untuk mengenali alergi makanan pada bayi.
Berikut tonosgratis.mobi ulas penjelasan lengkapnya, Kamis (29/2/2024).
Pertama, tanda-tanda alergi makanan pada bayi bisa dilihat dari kulitnya. Jika anak merasa kulitnya iritasi, gatal, atau bengkak, bisa jadi ini pertanda alergi makanan. Orang tua sebaiknya mendengarkan perubahan pada kulit anak dan segera memeriksakan diri ke dokter jika gejala tersebut muncul.
Pertolongan pertama yang bisa dilakukan adalah menghindari makanan penyebab alergi dan memastikan perawatan kulit yang tepat. 2. Hal ini terlihat jelas pada bentuk matanya
Selain itu, tanda-tanda alergi makanan juga bisa terlihat pada mata. Jika anak mengalami mata gatal dan warna matanya tampak merah, ini mungkin pertanda ada hubungannya. Orang tua harus menjaga kebersihan mata anak dan menghindari kontak dengan kemungkinan alergen.
Konsultasikan juga ke dokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat atas penyakit anak Anda. 3. Mengalami reaksi anafilaksis
Salah satu gejala yang perlu diwaspadai adalah gejala reaksi anafilaksis pada bayi dengan alergi makanan. Gejala-gejala ini mungkin termasuk sesak napas, pembengkakan pada lidah, batuk, lemas, dan pingsan.
Jika orang tua melihat gejala tersebut pada anaknya, segera bawa ke dokter atau rumah sakit terdekat. Mengetahui dan memahami perbedaan pendapat yang serius sangat penting agar orang tua dapat merespons dengan cepat dan tepat. 4. Ketidaknyamanan perut
Terakhir, gejala alergi makanan pada bayi juga sudah bisa dilihat sejak dalam kandungan. Jika anak mengalami sakit perut, bengkak, muntah, atau pendarahan di perut, ini mungkin merupakan tanda alergi. Orang tua harus memantau pola makan anak mereka dan mengidentifikasi makanan yang menyebabkan alergi.
Mintalah dokter atau ahli gizi untuk membuat rencana pola makan yang sesuai dengan kondisi anak Anda.
Dengan memahami tanda-tanda alergi makanan pada bayi, orang tua bisa lebih waspada dan peduli terhadap kesehatan anaknya. Selalu perhatikan perkembangan anak Anda secara keseluruhan dan jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter untuk informasi lebih lanjut dan pengobatan yang tepat.
Dalam membedakan alergi makanan dan penyakit pada bayi, ada beberapa hal yang perlu dipahami seperti yang diungkapkan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI): 1. Demam atau tidak?
Pertama, penting untuk mempertimbangkan apakah anak mengalami demam sebagai salah satu gejalanya. Bila tidak, kemungkinan gejala yang Anda alami bukan disebabkan oleh infeksi.
Misalnya, Bayu, bayi berusia enam bulan, mengalami ruam kulit dan diare setelah makan telur. Meski tidak demam, Bayu menderita alergi makanan yang ditandai dengan perubahan kulit dan gangguan pencernaan. 2. Apakah permasalahan anak bertambah pada siang hari, pagi atau sore hari?
Kedua, perhatikan pola keluhan anak Anda sepanjang hari. Jika gejalanya lebih kuat pada siang hari dibandingkan pada pagi dan sore hari, hal ini menandakan bahwa seseorang mungkin tidak berhubungan dengan suatu penyakit melainkan suatu penyakit.
Misalnya saja Sari, bayi berusia delapan bulan, yang biasanya mengalami gatal-gatal dan batuk di siang hari setelah mengonsumsi makanan tertentu, namun gejalanya hanya bertambah pada pagi dan sore hari. Hal ini menunjukkan kemungkinan alergi makanan, yang menyebabkan kondisi anak semakin memburuk di siang hari. 3. Apakah ingusnya keluar atau tidak?
Ketiga, perhatikan tingkah laku anak yang ingus atau berbuat. Jika ingus atau didnya kental dan berwarna, kemungkinan anak tersebut mengidap suatu penyakit. Namun jika gejala tersebut tidak muncul, maka tidak diragukan lagi anak tersebut mengalami gangguan makan. Misalnya, Ani yang berusia sepuluh bulan mengalami hidung tersumbat dan bersin setelah kontak dengan alergen dalam makanan, serta ingusnya tidak berwarna dan tidak kental. Hal ini menunjukkan kemungkinan Ani mengalami gejala alergi.
Gejala alergi makanan pada bayi dapat berupa ruam pada kulit, muntah, diare, atau kesulitan bernapas setelah mengonsumsi makanan tertentu. IDAI menyatakan bahwa orang tua harus menggunakan teknik penarikan diri dan provokasi untuk menentukan apakah seorang anak mengalami kelainan makan.
Misalnya, jika bayi mengalami gejala setelah makan telur ayam, orang tua bisa menghindari makan telur ayam selama tiga minggu. Jika gejalanya hilang selama ini, teruslah mengonsumsi telur ayam setiap hari selama seminggu. Jika gejalanya kembali muncul, kemungkinan anak alergi telur ayam.
Jika selama pengangkatan gejalanya tidak kunjung hilang, meski sudah menghindari telur ayam, bisa jadi ia alergi terhadap makanan lain atau alergi terhadap makanan, seperti debu rumah atau daging. Cara eliminasi dan provokasi ini bisa digunakan untuk semua jenis makanan yang diduga menimbulkan alergi pada bayi.
Jika salah satu jenis makanan dicurigai sebagai penyebab alergi, sebaiknya hindari semua makanan yang dicurigai, kemudian lanjutkan provokasi selama satu minggu pada masing-masing jenis makanan.
Selain teknik pengangkatan dan provokasi, tes alergi juga dapat dilakukan untuk memastikan bayi memiliki alergi. Tes alergi dapat dilakukan dengan tes kulit atau tes laboratorium. Namun tes alergi sebaiknya atas rekomendasi dokter anak. Karena dapat mengenali gejala alergi, mengenali alergi makanan, dan mengontrol pemicunya, bayi dapat sembuh atau bebas gejala alergi makanan.