Dokter Bisa Tekan Emboli Kolesterol Lewat Radiologi Intervensi
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Dokter dapat memerangi “emboli kolesterol” melalui prosedur memasukkan benda medis ke dalam tubuh (invasif) dengan berpedoman pada gambar (visualisasi) atau dalam istilah medis disebut radiologi intervensi. Emboli kolesterol adalah suatu kondisi di mana kristal dan plak menyumbat pembuluh darah.
Dokter spesialis radiologi lulusan Universitas Hasanuddin, Dr. Kevin Julius Tanady, memaparkan kepada tim media manfaat salah satu teknologi radiologi intervensi bernama “Digital Subtraction Angiography” (DSA).
“Pada DSA, biasanya plak kolesterol ini terlihat sebagai penyempitan pembuluh darah. Dalam kasus ini, dokter spesialis radiologi mungkin akan memasang stent atau sejenis tabung jaring besi untuk memulihkan aliran darah,” kata Kevin kepada wartawan di rumah pasien. Tanjungpriok. zona, Jakarta Utara, Kamis (29 Februari 2024).
Pencitraan DSA dianggap lebih akurat dibandingkan magnetic resonance imaging (MRI) atau computerized tomography (CT-Scan). “Jadi kalau dibilang CT-Scan akurat 98 persen, akurasi 98 persen itu muncul setelah membandingkannya dengan DSA atau ‘gold standard’,” kata Kevin.
Dalam berbagai literatur medis, kata Kevin, DSA masih dianggap sebagai “standar emas” dalam pencitraan vaskular. “Jadi ini kualitas tertinggi yang bisa dijadikan acuan atau standar acuan pengujian pembuluh darah,” ujarnya.
Sebagai alat diagnostik, prosedur medis ini memungkinkan deteksi dan evaluasi berbagai masalah aliran darah. Termasuk stroke, pembuluh darah pemberi makan sel tumor, penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah, evaluasi aliran darah, kelainan dinding pembuluh darah, kelainan sambungan antara arteri dan vena, serta kelainan pembuluh darah lainnya.
Ketika masyarakat menjalani DSA untuk tujuan diagnostik, intervensi terapeutik juga dapat dilakukan selama prosedur diagnostik.
Dokter spesialis radiologi, subspesialis radiologi intervensi, dapat melakukan prosedur invasif pada pembuluh darah abnormal dengan memasukkan obat, alat, atau implan ke pembuluh darah target.
Prosedur invasif yang menggunakan prosedur radiologi intervensi dengan DSA dapat diklasifikasikan sebagai “bedah invasif minimal”. Karena sayatannya minimal, ukurannya kurang lebih tiga milimeter.
Dengan sayatan yang minimal, rasa sakit yang dikeluhkan pasien akan berkurang dan pasien dapat segera kembali beraktivitas dalam waktu singkat.
Namun, prosedur radiologi intervensi yang menggunakan metode “Digital Subtraction Angiography” (DSA) memiliki prasyarat medis untuk digunakan pada wanita hamil dan orang dengan masalah ginjal.
Karena DSA menggunakan sinar-X dan cairan kontras, Kevin mengatakan kliennya tetap dapat melanjutkan prosedur radiologi intervensi melalui DSA jika manfaat kesehatannya lebih besar daripada potensi risikonya terhadap janin ibu hamil.
Sedangkan bagi penderita gangguan ginjal, prosedur DSA dapat dilakukan asalkan setelahnya dilakukan prosedur cuci darah (hemodialisis) yang tersedia di ruang praktik Kevin yakni RS Royal Progress, Tanjung Priok, Jakarta Utara.