Rutin Olahraga Kurangi Risiko Stroke, Mulai Sekarang Jangan Mager!
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Penyakit stroke yang sering terjadi tanpa peringatan memiliki risiko kesehatan yang serius. Namun tahukah Anda bahwa salah satu cara mencegah penyakit stroke adalah dengan rutin berolahraga?
Ternyata aktivitas fisik berperan penting dalam menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah sehingga menurunkan risiko stroke. Caleb Leonardo Halim, dokter spesialis kedokteran olahraga, mengatakan aktivitas fisik dan olahraga yang teratur secara tidak langsung dapat menurunkan risiko stroke.
Ia mengatakan, aktivitas fisik ringan yang dipadukan dengan olahraga dapat membantu mengontrol kadar gula darah, mencegah berkembangnya diabetes, dan juga membantu meningkatkan tekanan darah. Semua ini pada akhirnya dapat mengarah pada upaya mengurangi risiko stroke di masa depan.
“Stroke adalah penyakit pembuluh darah. “Penyakit pembuluh darah biasanya disebabkan oleh penyakit lain yang didapat akibat pola hidup tidak sehat, salah satunya adalah kurangnya aktivitas fisik,” kata Kaleb saat diskusi online Kementerian Kesehatan (Kemenkes) di Jakarta, Senin (4/11/11). ). 2024).
Ia menjelaskan, aktivitas fisik dan olah raga memiliki arti yang berbeda. Pada dasarnya aktivitas fisik adalah upaya sederhana menggerakkan tubuh dengan berjalan naik dan turun tangga. Sedangkan olahraga tidak hanya sekedar mengeluarkan keringat, melainkan program yang terukur dan diulang secara rutin.
“Misalnya naik turun tangga. Setidaknya kadang-kadang, ini berarti aktivitas fisik. Namun jika Anda membiasakan naik turun tangga setiap hari, hal itu bisa menjadi salah satu bentuk olah raga. Jadi ada kemajuan, ujarnya.
Caleb sedikit mengingatkan kita betapa pentingnya menggerakan tubuh jika seseorang melakukan pekerjaan sehari-hari hanya dengan duduk dan menatap layar komputer atau laptop. Ia menyarankan untuk beristirahat dari screen time (istirahat duduk) dengan bangun dan berjalan-jalan setidaknya setiap satu hingga dua jam sekali. Dengan demikian, aliran darah menjadi merata dan otot tidak tegang.
Faktanya, penelitian menunjukkan bahwa lebih baik bergerak, tidak peduli berapa lama pun. Kalaupun Anda hanya punya waktu 5-10 menit untuk beraktivitas dan berjalan kaki, misalnya mencari makan siang di jalan, tidak masalah. Berjalanlah selama 5-10 menit lagi di siang atau malam hari. Lalu pulang kantor, jalan kaki 5-10 menit. “Hanya 30 menit sehari,” katanya.
Terkait olahraga, Caleb mengatakan ada rumus yang harus diingat dan diikuti agar mendapatkan hasil yang efektif, yaitu FITT yang merupakan singkatan dari Frekuensi, Intensitas, Timing (waktu atau durasi) dan Jenis (jenis olahraga). Formula ini cocok untuk latihan kardio dan otot.
Frekuensi latihan kardio yang disarankan adalah tiga hingga lima kali seminggu. Bagi pemula, kardio bisa dimulai seminggu sekali dan kemudian ditingkatkan secara bertahap.
Bagi pemula, intensitas atau tingkat kesulitan latihan yang disarankan berkisar dari rendah hingga sedang (low to medium). Menurut Caleb, jogging santai yang dipadukan dengan sosialisasi sudah cukup untuk pemula.
Durasi latihan kardio yang efektif minimal 150 menit. Jika kardio dilakukan selama 30 menit sehari dan diulang secara rutin selama lima hari, Caleb mengatakan upaya tersebut cukup ideal.
Jenis atau tipe kardio yang direkomendasikan untuk pemula termasuk dalam kategori low impact. Jika persendian Anda dalam keadaan sehat, Kalem menyarankan agar orang menggabungkan kardio berdampak rendah dan tinggi.
Formula FITT juga bisa digunakan untuk latihan otot atau kekuatan, meski ada sedikit perbedaan dibandingkan kardio. Latihan otot dianjurkan untuk setiap kelompok otot 2-3 kali seminggu, dengan intensitas mulai dari sedang hingga berat.
Kalem mengatakan, sebenarnya tidak ada batasan khusus berapa lama latihan otot bisa berlangsung, asalkan tidak terlalu lama atau terlalu ekstrim. Jenis atau jenis latihan ototnya bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi, baik menggunakan barbel maupun tidak, seperti push up, squat, dan lain-lain.
“Padahal, (formula) aktivitas fisik sebenarnya hanya ada satu.” Kurangi waktu duduk. Jangan duduk terlalu lama. Sekalipun Anda sedang duduk, sebaiknya istirahatlah untuk duduk. Sejauh ini, belum ada konsensus mengenai durasi pertemuan tersebut. Ada yang bilang maksimal enam jam sehari, ada pula yang bilang maksimal delapan jam sehari. Tapi tetap jangan duduk lebih lama dari kali ini. “Kita perlu berdiri dan lebih banyak bergerak,” kata Caleb.