Mengenal Cholelithiasis: Penyebab, Gejala, dan Penanganan Batu Empedu
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kolelitiasis atau biasa disebut batu empedu merupakan suatu kondisi medis yang disebabkan oleh terbentuknya batu pada kandung empedu. Konsultan Gastroenterologi dan Hepatologi Siloam MRCCC Semanggi Hospital (MRCCC) Irsan Hasan menjelaskan penyebab yang memicu terbentuknya batu empedu.
Irsan dalam siaran persnya mengatakan, “Batu empedu adalah suatu kondisi terbentuknya massa kristal yang keras di kandung empedu atau saluran empedu tubuh. Kandung empedu adalah organ kecil yang terletak di bawah hati yang terdiri dari kompartemen untuk menyimpan empedu di dalamnya. hati. Rabu (6/5/2024).
Ia menjelaskan, batu empedu terbentuk ketika zat seperti kolesterol, garam empedu, atau zat lain tidak seimbang. Ada banyak faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya batu empedu, di antaranya obesitas, kehamilan, riwayat masalah ginjal dalam keluarga, kebiasaan makan yang tidak sehat, dan penurunan berat badan yang cepat.
Menurut Irsan, salah satu gejala batu empedu yang paling umum adalah nyeri mendadak di perut bagian kanan atas. Bahkan, nyerinya juga bisa menjalar hingga ke punggung dan bahu.
“Ada beberapa perawatan, pengobatan, prosedur invasif dan non-invasif yang tersedia untuk mengobati penyakit ini. Tergantung kondisi dan kebutuhan masing-masing pasien.”
Pertama, ubah pola makan Anda. Namun, pola makan yang sehat dan seimbang dapat membantu mengurangi risiko batu ginjal dan mengurangi gejalanya. Ia menganjurkan untuk menghindari makanan tinggi lemak, tinggi kolesterol, dan makanan olahan.
“Sebaliknya, konsumsilah makanan tinggi serat seperti buah-buahan, sayur mayur, biji-bijian, dan makanan rendah lemak,” ujarnya.
Yang lainnya adalah terkait narkoba. Dalam beberapa kasus, dokter mungkin akan meresepkan obat untuk melarutkan atau melarutkan batu empedu, terutama untuk batu kolesterol yang berukuran lebih kecil. Contoh obat yang digunakan adalah asam ursodeoksikolat (UDCA) dan asam chenodeoksikolat (CDCA).
“Namun, perlu dicatat bahwa proses ini bisa memakan waktu lama dan tidak selalu efektif.”
Ketiga, dengan terapi ESWL atau extracorporeal shock wave lithotripsy. Metode non-invasif menggunakan gelombang kejut untuk memecah batu empedu menjadi beberapa bagian agar lebih mudah melewati saluran empedu. Namun, ESWL biasanya hanya efektif untuk batu ginjal berukuran kecil dan tidak digunakan untuk semua kondisi.
Keempat, Anda dapat menggunakan ERCP atau kolangiopankreatografi retrograde endoskopik. Ia menjelaskan, ERCP digunakan untuk mengeluarkan batu empedu yang tersangkut di saluran empedu. Prosedurnya dilakukan dengan alat endoskopi yang dimasukkan melalui mulut ke dalam saluran empedu.
“Setelah itu penanganan batu tersebut menggunakan teknik seperti menghancurkan batu atau mengeluarkannya dengan menggunakan beberapa alat,” ujarnya.
Ia mengatakan ERCP adalah prosedur medis yang menggabungkan teknik endoskopi dengan radiografi untuk mendiagnosis dan mengatasi masalah pada saluran empedu, hati, dan pankreas. Penggunaan terapi ERCP masih terbatas karena memerlukan keterampilan dan ketelitian untuk memastikan batu empedu pasien.
Prosedur ERCP melibatkan penggunaan endoskopi atau tabung fleksibel yang dimasukkan ke dalam mulut. Kontras kemudian dilewatkan melalui endoskopi untuk memvisualisasikan saluran empedu dan pankreas.
“Meski ERCP memiliki banyak keuntungan, namun perlu diketahui bahwa prosedur ini juga memiliki risiko, seperti pendarahan, infeksi atau kerusakan pada saluran empedu atau pankreas. Oleh karena itu, setelah menjalani ERCP di MRCCC, pasien akan terus diawasi secara rutin melalui pengawasan ketat. pengawasan tenaga medis profesional yang terlatih dan berpengalaman,” kata Irsan.