LIMA – Saat Anda mendengar kata “mumi”, kemungkinan besar Anda langsung teringat pada sisa-sisa firaun Mesir yang diawetkan, dikeringkan, dan dibalut.
Meski terkenal, spesimen ini bukanlah mumi tertua di dunia. Gelar ini dimiliki oleh suku Chinchorro di Gurun Atacama, Chili, yang melakukan mumi orang mati 7.000 tahun lalu.
Suku Chinchorro, budaya kuno pemburu-pengumpul maritim, adalah suku pertama yang menetap di Chili bagian utara dan Peru bagian selatan sekitar tahun 5450 SM.
Segera setelah kedatangan mereka, suku Chinchorro memulai praktik penguburan baru dengan mengawetkan jenazah mereka di pasir gurun kering yang mengelilingi mereka.
Pemakaman kuno ini sekarang masuk dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO karena nilai arkeologisnya, karena tidak hanya memberikan wawasan tentang bentuk mumifikasi yang aneh ini, namun juga bagaimana masyarakat Chinchorro berfungsi, dan apa struktur sosial dan spiritual mereka.
Yang penting, tidak seperti orang Mesir yang mencadangkan mumifikasi untuk elit sosial mereka, suku Chinchorro menawarkannya sebagai ritual untuk semua orang.
Proses mumifikasi Chinchorro berbeda dengan pendekatan Mesir. Pertama, kulit tubuh akan dikupas dan organ-organnya akan diangkat. Setelah rongga tubuh kering, kulit akan dijahit kembali.
Jenazah juga terkadang dibungkus dengan bahan yang rumit, seperti buluh, kulit singa laut, dan wol alpaka. Kemudian muka ditutup dengan tanah liat, lalu dipasang masker yang ada bukaan mata dan mulutnya.
Akhirnya, mumi-mumi tersebut diberi wig yang terbuat dari rambut manusia sebelum dikuburkan di gurun, dengan harapan kondisi kering akan menjaga mereka selamanya.